Suatu hari, Kyai Slamet menerangkan ke-eratan hubungan antara Syariat dan Tarekat. “orang yang cuma memperbagus Syariat itu seperti orang yang mati, seperti jasad tanpa ruh. Begitu juga orang yang cuma memperdalam Tarekat tanpa memperdulikan Syariat, seperti roh gentayangan karena punya ruh tapi tidak berjasad. Kedua hal itu saling mengisi, ada wadah ada isinya”. Salah satu audiens menyela “Gus. Tapi saya tidak tertarik belajar tarekat. Karena didalam tarekat ada ritual yang disebut uzlah, menyendiri ketempat sunyi untuk berdzikir kepada Allah dalam jangka waktu tertentu. Padahal saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan dan keluarga saya”. Kyai tersenyum, “kalau begitu anda bisa memilih menjalankan uzlah yang tertinggi”. Audiens itu bingung “lho ada tingktan-tingkatannya ya, Gus. Yang uzlah biasa saja tidak mampu apalagi yang tertinggi, malah gak sanggup saya”. Kyai Slamet berkata, ”Al Imam Al Quthub Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad, Tarim Hadramaut berkata ketika ditanya tentang hal ini, bahwa uzlah tertinggi itu jasadmu bersama manusia, tetapi batinmu bersama Alloh. Jadi sampeyan tetap beraktifitas, bersosialisasi seperti biasa tetapi lebih bemutu karena semua hal yang sampeyan kerjakan tadi tidak menghalangi bahkan mendukung agar sampeyan dan Alloh terus berhubungan setiap waktu”. Para hadirin manggut-manggut. Kyai Slamet meneruskan “ pengamal Tarekat itu tidak eksklusif kesannya, malah terbuka orangnya, kenapa?? Karena katak didalam tempurung akan selalu merasa besar sendiri, alim sendiri, suci sendiri, tinggi sendiri, dan ia merasa tidak ada yang sanggup seperti dia dalam menggapai maqom yang menurutnya sudah tinggi di hadapan Alloh, padahal ketika Alloh mendatangkan ujian kecil seperti kedatangan wanita cantik, imannya dengan segera ia tinggalkan, dzikirnya tak karuan dan efeknya pikiran dan hatinya terisi angan-angan nafsu lalu berubah menjadi mesum. Parahnya, ia terus mersa benar karena ia betul-betul menjadi katak”. Hadirin pun tertawa dan bersama-sama Kyai Slamet serentak mengucap Naudzubillahi Min Dzalik
Senin, 12 September 2016
UZLAH TERTINGGI
Suatu hari, Kyai Slamet menerangkan ke-eratan hubungan antara Syariat dan Tarekat. “orang yang cuma memperbagus Syariat itu seperti orang yang mati, seperti jasad tanpa ruh. Begitu juga orang yang cuma memperdalam Tarekat tanpa memperdulikan Syariat, seperti roh gentayangan karena punya ruh tapi tidak berjasad. Kedua hal itu saling mengisi, ada wadah ada isinya”. Salah satu audiens menyela “Gus. Tapi saya tidak tertarik belajar tarekat. Karena didalam tarekat ada ritual yang disebut uzlah, menyendiri ketempat sunyi untuk berdzikir kepada Allah dalam jangka waktu tertentu. Padahal saya tidak bisa meninggalkan pekerjaan dan keluarga saya”. Kyai tersenyum, “kalau begitu anda bisa memilih menjalankan uzlah yang tertinggi”. Audiens itu bingung “lho ada tingktan-tingkatannya ya, Gus. Yang uzlah biasa saja tidak mampu apalagi yang tertinggi, malah gak sanggup saya”. Kyai Slamet berkata, ”Al Imam Al Quthub Habib Abdullah bin Alwi Al Hadad, Tarim Hadramaut berkata ketika ditanya tentang hal ini, bahwa uzlah tertinggi itu jasadmu bersama manusia, tetapi batinmu bersama Alloh. Jadi sampeyan tetap beraktifitas, bersosialisasi seperti biasa tetapi lebih bemutu karena semua hal yang sampeyan kerjakan tadi tidak menghalangi bahkan mendukung agar sampeyan dan Alloh terus berhubungan setiap waktu”. Para hadirin manggut-manggut. Kyai Slamet meneruskan “ pengamal Tarekat itu tidak eksklusif kesannya, malah terbuka orangnya, kenapa?? Karena katak didalam tempurung akan selalu merasa besar sendiri, alim sendiri, suci sendiri, tinggi sendiri, dan ia merasa tidak ada yang sanggup seperti dia dalam menggapai maqom yang menurutnya sudah tinggi di hadapan Alloh, padahal ketika Alloh mendatangkan ujian kecil seperti kedatangan wanita cantik, imannya dengan segera ia tinggalkan, dzikirnya tak karuan dan efeknya pikiran dan hatinya terisi angan-angan nafsu lalu berubah menjadi mesum. Parahnya, ia terus mersa benar karena ia betul-betul menjadi katak”. Hadirin pun tertawa dan bersama-sama Kyai Slamet serentak mengucap Naudzubillahi Min Dzalik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar