Minggu, 15 Januari 2017

Santri edan

Seorang ibu melihat putranya yang masih kelas 6 SD sedang menonton tv, komat-kamit berdzikir sambil membawa tasbih warna hijau yang agak usang .ia diam saja melihat putranya itu sibuk memutar biji-biji tasbih ditangannya ,lalu mendekatinya, "Nak, tidak usah gitu-gituan, kamu masih kecil nanti kamu bisa gila ".

Di lain hari , ibu itu melihat putranya sedang bersama beberapa temannya mencoba merokok. ia juga hanya diam saja melihatnya dan ternyata si ibu tidak pernah menegurnya sama sekali.

-------------------------------------------------------------

Di lain tempat , seorang anak yang sudah duduk di bangku SMP, bersiap-siap berangkat mengaji ke majelis gurunya setelah ia selesai menunaikan sholat maghrib di rumah. dengan tergesa-gesa ia membawa tas mengajinya lalu berangkat .sebab pengajian berlangsung setelah maghrib sampai sholat isya'.ketika ia berpamitan kepada ibundanya, ternyata sang ibu tidak mengizinkan ,malah disuruh sang anak untuk belajar sebab besok ada ujian. anak itu pun dengan kecewa kembali ke kamar menuruti kehendak ibunya.

Satu jam kemudian adzan isya' berkumandang. sang anak tampak masih berkutat dengan buku-buku pelajarannya di kamarnya sampai suara sholawat terdengar di masjid tanda sholat isya' usai dilaksanakan .  si anak pun keluar kamar berpamitan untuk main game online di warnet dekat rumahnya dan ibunya mengizinkan.jam 10 malam sang anak pulang lalu bergegas masuk ke kamar dan tidur. ia sempat melihat ibunya didepan tv sedang asyik menonton serial kesayangannya.

--------------------------------------------------------------

Jam menunjuk pukul 15.00 wib,tanda sore mulai menjelang. seharusnya suasana alam masih tampak terang tetapi langit mulai gelap di iringi hujan lebat di sertai petir menyambar dan guruh menggelegar. melihat hal itu, seorang anak perempuan 12 tahun umurnya. kegirangan karena ia bisa meneruskan game yang dimainkannya sejak pulang dari sekolah tadi tanpa perlu mengikuti les privat yang dijadwalkan dari hari senin sampai hari kamis di rumah seorang mentor yang 2 km jaraknya dari rumahnya. tiba-tiba pintu kamarnya dibuka dan sosok ibunya muncul dengan wajah yang garang lalu menghardik anaknya, "Hey, ayo bangun. cepat mandi dan berangkat les ".si anak yang terkejut mencoba menjawab, "Tapi bu, diluarkan hujan? ".dengan melotot ibunya membalas, "Nanti bawa mantel hujan, ibu yang antar ".dengan lesu sang anak pergi ke kamar mandi. beberapa menit kemudian, dengan naik sepeda motor sambil membawa mantel di tengah badai hujan si ibu membawa juga anaknya yang kecil mengantar putrinya pergi les sampai pukul 17.00 wib baru pulang.

Hari sabtu sore, hujan rintik-rintik turun membuat sejuknya sore di tengah sinar matahari yang lamat-lamat masih mencoba untuk bersinar. karena tidak ada jadwal les, gadis itu bergegas mandi untuk mengaji, karena ustadznya sudah mengizinkan agar ia mengaji hari jumat dan sabtu saja biar tidak berbenturan dengan jadwal les. ia biasa berjalan kaki menuju majelis gurunya sambil membawa payungnya karena jaraknya "cukup jauh" dari rumahnya yaitu cuma 7 menit dengan berjalan kaki. tiba-tiba dari belakang ibunya menyapa, "Hujan-hujan kok mengaji? ".anaknya menjawab, "Iya bu, mumpung tidak ada jadwal les. lagi pula saya kan sudah di izinkan ustadz mengaji hari jumat sabtu saja".ibunya menyahut, "Tapi ustadzmu kan pasti mengerti kalau kamu tidak mengaji karena hari hujan? ".karena tidak direstui ibunya, gadis kecil itu kembali masuk kerumah, masuk kekamar lalu mengambil handphone nya dan memainkan game kesukaannya.

+++++++++++++++++++++++++++++

Waktu pun berlalu, semua anak itu beranjak dewasa. salah satu ibu dari anak-anak itu datang ke ustadz lalu mengkomplain,kenapa anaknya sekarang susah kalau disuruh sholat apalagi mengaji?.sang ustadz diam saja sambil senyum.
Kemudian datang lagi seorang pria mengeluhkan anaknya, kenapa nongkrongnya dengan pemuda-pemuda yang tidak benar? sang ustadz tetap diam saja untuk beberapa saat lalu berkata, "Kenapa bapak dan ibu mengatakan hal ini kepada saya? ".hampir serempak ibu dan si bapak menjawab, "Lho ustadz ini bagaimana sih? kan ustadz bertanggung jawab atas keagamaan anak-anak kami? ".dengan santai ustadz menjawab, "Memang saya yang bertanggung jawab tentang keilmuan agama mereka. tetapi maaf, seberapa sering anak sampeyan ketemu saya dalam halaqoh disini? ,bukankah anak anda berdua sering tidak masuk hanya gara-gara hal sepele? itupun pasti anda berdua sudah tahu. apakah anda berdua marah kalau melihat putra putri anda bolos tidak mengaji? apakah anda berdua selalu bertanya tentang apa yang telah saya ajarkan pada mereka? sampeyan berdua mengatakan bahwa saya yang harus bertanggung jawab atas kelakuan anak anda. apa saya mengajarkan keburukan? Tidak. apa saya mengajarkan pada mereka agar selalu main tanpa kenal waktu? tidak. Lalu siapa yang hanya diam melihat mereka bermain padahal waktunya sholat dan mengaji? anda berdua kan? anda yang menanamkan perasaan bahwa mengaji itu tidak penting. anda lah yang menanamkan pada mereka bahwa hal -hal yang berbau agama di nomer dua kan. anak yang jauh dari tuntunan agama akan hancur dan menghancurkan sekitarnya walau pun titelnya sarjana S3,walaupun otaknya cerdas. bukankah itu yang sampeyan berdua inginkan? lalu kenapa menyalahkan saya? lihatlah anak-anak itu,(ustadz menunjuk pada santrinya yang baru datang) mereka tak perduli hujan lebat, tak perduli besok ujian, tak perduli hafalannya banyak, tak perduli saya hukum kalau mereka tidak bisa, tak perduli teman-teman nya bermain. mereka semua tetap berangkat mengaji. anda berdua lupa, untuk kehidupan anak yang lebih mapan itu tidak sekedar kepandaian dan sekolah yang tinggi tapi itu semua di atur oleh Alloh swt. dan anak-anak itu kuajarkan mendekat kepada-Nya tanpa mengesampingkan usaha belajar. karena saya tanamkan pada jiwa mereka bahwa kebahagiaan yang sebenarnya itu adalah bahagia didunia dan bahagia di akhirat. yang lebih penting kebahagiaannya itu memberi manfaat bagi sekitarnya. aku menjuluki mereka itu Santri Edan karena berani berkorban demi kebahagiaannya disini sampai disana".


Kedua orang itu diam menunduk malu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar