MASJID JAMI' GEDEG.
Bangunan tua yang terus direhab ini menjadi saksi bisu perkembangan masyarakat desa Gedeg di era kolonial Belanda,Jepang,perang kemerdekaan dan sampai sekarang. masjid yang dibangun sekitar tahun 1817 M dan selesai tahun 1821 M(menurut buku tarikh ta'mir yang diwariskan secara turun temurun)dibangun oleh Raden Ngabehi Wangseng Sari,penghulu pertama Desa Gedeg yang dulu disebut wilayah kendeng atau Mojokasri. dibangun tanpa kubah sebagaimana masjid Demak dan bermustaka, yang kemudian ditambah bangunan baru karena jamaah bertambah dengan berkubah .masjid ini mempunyai 4 soko guru dari kayu jati lurus sepanjang kurang lebih 4 meter yang konon ditebang dari alas lor/hutan utara daerah kecamatan Kemlagi dan Dawar blandong. uniknya kata orang tua dulu,cara memindahkan kayu2 adalah dihanyutkan di sungai Gedeg yang sekarang disebut kali mati sebab hampir sudah tidak berfungsi seperti layaknya sungai, padahal sekitar tahun 1980an, air sungai sangat deras mengalir. ada yang aneh,bagaimana kayu dari hutan yang berjarak 3km ke utara dari Gedeg bisa dihanyutkan ke sungai yang airnya mengalir dari selatan ke utara? wallohu a'lam. tapi memang konon kayu2 itu terapung melawan arus dan berhenti di sisi barat lokasi yang akan dibuatkan masjid. masjid ini berdiri ditanah milik Mbah Bei (panggilan mbah Wangseng sari) seluas 100*50meter persegi. tanah dibagi menjadi 3 bagian yaitu untuk Maqbaroh Magersari (pemakaman sesepuh desa dan keturunan mbah Bei serta ta'mir dan ulama' desa),masjid Jami' dan KUA Gedeg.
Di kedua sisi masjid sebagaimana di masjid2 kuno, terdapat dua sumur yang letaknya hampir sejajar satu sama lain. yang menurut keterangan dari santri2 dulu, bahwa sumur utara masjid mempunyai keunikan bisa dijadikan perantara sebagai obat penyakit tertentu, wallohu a'lam. masih diutaranya masjid,terdapat kantor ta'mir dan menjadi pusat da'wah yang mana bangun itu bekas kantor KUA pertama.
Masjid ini juga menjadi saksi bisu perseteruan pengurus Muhammadiyah dan NU yang saling memperebutkan hak untuk mengurus masjid ini sekitar tahun 1991 dan didamaikan dengan musyawarah dimana diputuskan bahwa NU yang mengelola Masjid Jami' yang lalu dirubah namanya menjadi Masjid Besar Baiturrahman, sedang Muhammadiyah membangun masjid Darussalam di sisi utara sekitar 100 meter dari masjid Jami'.
Seperti masjid2 yang lain, masjid ini pernah mengalami pasang surut jamaah.dimana hampir2 tidak ada warga yang mendirikan sholat dimasjid ini sampai kemudian beberapa sesepuh tokoh agama menggiatkannya dan disambut baik oleh warga serta tak mau ketinggalan pemuda pemudinya juga ikut memakmurkan masjid bersejarah yang termasuk dari masjid2 tertua diseluruh wilayah Mojokerto. hal ini bisa dilihat kegiatan disana, baik dari pembangunan fisiknya, ta'limnya, kegiatan remaja masjidnya dan jamaah iktikafnya di 10 terakhir bulan Ramadhannya.
Senin, 25 September 2017
Islam di Gedeg (1)
Minggu, 17 September 2017
Leluhurmu itu seperti kamu
Mbah yai Husein bercerita bahwa dulu beliau pernah bertanya kepada abahnya yaitu Almaghfurlah Mbah yai Ilyas tentang siapakah kakek buyutnya,dan bagaimana sepak terjangnya. dengan diplomatis mbah Ilyas menjawab, "Nak jangan tanya siapa leluhurmu, karena jagung akan melahirkan tunas jagung dan tidak akan pernah melahirkan tunas kedelai".
Anda, saya dan semuanya adalah tunas dari pendahulu2 kita yang sepak terjangnya tidak jauh dari leluhur2 kita. kalau hati dan tindak tanduknya kita suka mengaji, menolong orang, mudah tersentuh hatinya, dsb. maka bisa disimpulkan bahwa leluhur2 kita dahulu juga begitu. sebaliknya bila kita suka menfitnah orang, berbuat dzalim, membenci pemimpin rakyat yang baik, maka leluhur2 kita dulu juga seperti itu.
Konon katanya lingkungan lebih mempengaruhi sifat dan sikap kita, padahal darah keturunan lebih mendominasi akan wujud kepribadian kita. berapa banyak orang yang bergaul dilingkungan yang buruk tapi sikap baiknya tidak terkontaminasi bahkan semakin kokoh memberi penerangan pada sekitarnya. dan berapa banyak orang buruk berkumpul dilingkungan orang baik,sikapnya tak berubah bahkan berusaha menularkan sifat buruknya pada orang2 baik.
Lalu bagaimana bila kita punya leluhur2 yang buruk tapi kita ingin memperbaikinya? itu sangat bagus dan kelak anak cucumu akan berterima kasih padamu karena perjuangan mu itu. hanya perjuangan yang bisa kamu lakukan dengan 3 modal:niatlah yang benar, bertindaklah yang benar dan tujuan yang benar.
MtAG'17